Bawakan aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia. (Pidato Bung Karno)
Mengapa selalu pemuda?
Mengapa ketika kita mengawali perbincangan mengenai peradaban dan
kebangkitan suatu bangsa, mengapa selalu dimulai dari para pemuda?
Mengapa selalu pemuda?
Bukankah masih ada golongan lain? Golongan tua, golongan dewasa, golongan anak-anak?
Mengapa selalu pemuda?
Apakah ada sesuatu yang sangat menarik sehingga pembicaraan tentang pemuda selalu menjadi topik yang hangat dibahas?
Sebelum kita memulai diskusi kita, coba deh kita amati dulu kelebihan masa muda:
- Masih mudah dibentuk pemikirannya.
- Semangat membara.
- Belum dibebani tugas sebagai tulang punggung keluarga.
- Siap ditekan.
- Pemikiran idealis.
- Siap tarung satu lawan satu.
Dan sekarang, coba kita amati pemuda saat ini…
Beda?
Apakah pemuda saat ini berbeda dengan pemuda pada zaman Reformasi?
Apakah pemuda saat ini berbeda dengan pemuda pada zaman Rennaissance?
Apakah pemuda saat ini berbeda dengan pemuda pada zaman keagungan dinasti Abbasiyah?
Apa yang membuat beda?
Kita manusia, mereka manusia.
Kita makan, mereka makan.
Kita berpikir, kita berpikir.
Kita belajar, mereka belajar.
Lantas apa yang membedakan?
Apa asas fundamental yang benar-benar membedakan kita dengan mereka?
Apakah kita lebih “baik” ataukah lebih “buruk”?
Apakah kita lebih semangat ataukah lebih loyo?
Apakah kita lebih banyak maksiat ataukah lebih banyak ibadah?
Siang ini aku membaca sebuah buku yang ditulis oleh Farid Essack. Aku
melihatnya sebagai seorang Orientalis. Yang bersungguh-sungguh memahami
Islam dan Quran dengan sudut pandang lain. Dan terkadang berusaha
menjatuhkan orang Islam.
Dia mengatakan dirinya muslim. Oke, aku terima itu. Tapi memang,
metodologi penyampaiannya yang kalau di pandangan kita itu seperti
penyampaian seorang Misionaris kepada seorang Muslim taat membuatku agak
risih.
Yang membuatku kagum adalah wawasan keilmuannya yang luas walaupun aku
akui memang belum seluas pandangan keilmuan para Sahabat, Tabiin, dan
Tabiut Tabiin pada zaman salaf.
Tapi….
Itu lebih baik daripada kita.
Sampai di manakah level keilmuan kita?
Kita, yang mengaku Islam, apakah sudah mempelajari Islam melebihi apa yang dipelajari Orientalis?
Aku pun berpikir, “Pantas saja kaum Muslim mayoritas sangat gampang
dipengaruhi oleh Orientalis, Misionaris, Feminis, Liberalis, Sekuralis,
dan berbagai aliran -is lainnya.” Mengapa? Kita tak punya semangat
studi. Tak punya semangat belajar. Kita merasa apa yang disampaikan oleh
Pak Kiyai kita adalah yang paling “benar” dan merasa bahwa seperti
itulah Rasul mengajarkan.
Ketika ada orang mengatakan, “Woi, kamu bid'ah!” Kita langsung tersinggung.
Kenapa tersinggung kalau memang yang kita lakukan itu bid'ah?
Kenapa tersinggung kalau yang kita lakukan itu memang salah?
Salahkah kita kalau lebih memilih merubah sikap dan memperbaiki amal daripada mempertahankan kebid'ahan kita?
Salahkah kita menjadi orang yang lebih baik daripada tersesat dalam kesesatan kita?
Ya, Islam telah sempurna namun pemahaman kita sangat jauh dari sempurna.
Masih jauh langkah kita menuju sana; sebuah cahaya terang yang dipancarkan oleh Rasul yang mulia.
Apakah kita berhenti saja di sini dan mencari enaknya saja, serta tidak bersusah payah?
Tak taukah kita bahwa saat ini literatur-literatur Islam dibolak-balik
oleh para Orientalis, Misionaris, dan Teologis guna menghancurkan kita
dari dalam?
Why? Karena pemahaman kita masih dangkal dan tak pernah sedetik
pun berusaha—walaupun satu huruf—untuk menambah wawasan keilmuan kita.
Barang siapa yang tak kuat menahan beratnya menuntut ilmu, maka dia akan bodoh selamanya. (Perkataan Imam Ali kalau nggak salah)
Di mana kita? Apakah kita adalah orang-orang yang berusaha atau
bermalas-malasan? Apakah kita adalah orang-orang yang bersusah-payah
menyelami setiap tafsir Al Quran atau malah bersusah-payah mencari lagu
terbaru dari artis terkenal?
Di mana posisi kita di percaturan dunia ini?
Apakah kita adalah bangsa tertindas atau penindas?
Ataukah kita adalah bangsa pembawa kedamaian pada dunia ini?
Mari berusaha!
Download aplikasi android Muhammad Zaini DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar