Senin, 04 Januari 2016

Pesan dari Para Pendahulu Kita


Kapan terakhir kali kamu mempelajari sejarah? Yah, mungkin bisa dibilang ketika kita terakhir kali mempelajarinya di sekolah (atau di kampus). Setelah itu? Lenyap. Padahal, sejarah sangat menentukan langkah kita ke depannya, langkah kita yang bakal menentukan akan jadi apa jadinya. Nah, dengan sejarah itulah kita bisa memahami apa yang para pendahulu kita ingin sampaikan kepada kita.

Tapi nggak suka baca buku yang tebal-tebal ya?

Nggak masalah bro! Sebenarnya nggak cuma dari buku-buku sejarah tebal saja kita bisa memahami apa yang ingin para pendahulu kita sampaikan kepada kita. Ada cara simpelnya! Apa itu?

Peribahasa, Pepatah, Hikmah, atau Apalah Namanya Gitu

Masih ingat dengan peribahasa berikut?
  • Rajin pangkal pandai
  • Hemat pangkal kaya
  • Tong kosong nyaring bunyinya
Nah, ternyata peribahasa-peribahasa yang dulu kita hapalkan di SD dulu itu, nggak cuma buat nambah nilai doang bro! Justru, manfaatnya kerasa banget di kita-kita yang dewasa ini. Coba deh kita pahami satu per satu.
Rajin pangkal pandai. Mengapa peribahasanya nggak Jenius pangkal pandai atau Cerdas pangkal pandai. Berarti, asalkan kita rajin, berarti bisa dong kita menjadi seseorang yang pandai? Tentu saja! Aku sudah membuktikannya ketika menempa diri selama 4 tahun di Mahad Tahfiz Quran Isy Karima. Di situ, kelihatan banget kalau ada santri yang rajin menghapal Quran, rajin shalat Tahajud, rajin mengulang-ulang kembali hapalannya, bakalan kelihatan dah endingnya kayak gimana. Coba yang nggak rajin walaupun dia pintar, bakalan susah hapalannya!
Itulah mengapa aku begitu terkejut ketika momen wisuda Isy Karima telah tiba.
Why? Soalnya temanku yang dulunya ngajinya aja susah, ketika dia sudah meniatkan dirinya untuk fokus menghapal Quran, di akhirnya, dia malah menjadi salah seorang yang menyelesaikan hapalannya dengan nilai cum laude. Wow banget lah pokoknya. Aku yang nggak terlalu rajin ini (waktu itu) sangat menyesali diriku ketika kalah dengannya.
Terkadang, pengalaman itu nggak harus kita yang ngalamin. Cukup dari pengalamanku ini, kamu pasti bisa menentukan sikap.
Hemat pangkal kaya. Kenapa nggak diganti aja menjadi Rajin menabung pangkal kaya? Ternyata, rajin menabung nggak lantas membuat kita menjadi kaya, sedangkan, berhemat sudah pasti membuat kita kaya. Kok bisa? Coba kita perhatikan sekarang ini, mata uang rupiah makin lama semakin melemah sedangkan harga-harga barang semakin mahal. Otomatis, nilai uang 100 ribu saat ini belum tentu masih bernilai 100 ribu di 20 tahun mendatang. Iya nggak? Jangankan 20 tahun mendatang sih, saat ini saja kita sudah bisa merasakannya. Cilok yang dulu beli 1000 dapet 10 aja sekarang cuma dapet 4 bahkan 2. Kerasa banget kan perubahannya?
Oh ya, aku jadi kepikiran buat nabung 10% dari pendapatan. Moga sukses :D
Tong kosong nyaring bunyinya. Coba deh kita lihat orang-orang yang berkuasa, ngomongnya dikit tapi berpengaruh. Bandingkan sama kita, berhari-hari demo, tetep aja nggak ditanggapin sama pemerintah :D 

Download aplikasi android Muhammad Zaini DI SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar