Minggu, 11 Oktober 2015

Yang Langka di Zaman Modern Ini

Kita dan lingkungan
Kita hidup di zaman yang berbeda dengan zaman lampau. Zaman yang berbeda dengan zaman tahun 90-an di mana ketika itu, persahabatan, kekeluargaan, keakraban, begitu polosnya; tidak terdistorsi oleh benda apapun, cukup berbeda dengan kondisi kita zaman ini, zaman di mana gadget lah yang lebih berkuasa dibandingkan manusia.
Tau nggak kita ternyata ada sesuatu yang hilang dari diri kita dibandingkan manusia zaman dulu yang tidak terdistorsi gadget?
Keakraban? Oke, itu memang betul tapi sudah cukup banyak artikel-artikel yang membahas tentang itu, membahas tentang gadget yang “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”. Oke, kita tidak membahas itu, sudah cukup gampang kita menemukan opini-opini netizen tentang hal itu di Google. Tapi sekarang ini kita akan membahas sesuatu yang different dan mungkin belum dibahas di tempat lain atau mungkin dibahas dengan kemasan yang berbeda.
Apakah sesuatu yang hilang itu?
Fokus.
Ya begitulah. Sadarkah kita kalau kita saat ini sudah tak mampu lagi membaca teks yang panjang-panjang berbeda dengan waktu kita di SD? Sadarkah kita kalau kita saat ini sudah tak mampu lagi menulis artikel atau sekedar cerita “Dear Diary” sepanjang yang dulu lagi? Sadarkah kita kalau kita saat ini sudah tak mampu lagi berfokus pada apa yang kita kerjakan terutama ketika notif smartphone memanggil?
Yah, itulah kita saat ini, menjadi manusia-manusia “Gen Y” yang sudah tak bisa berfokus lagi dalam mengerjakan setiap aktivitas. Sudah tak mampu lagi menghayati dan mengambil intisari serta hikmah kehidupan dari setiap tetes keringat dan peluh yang kita hasilkan dari kerja keras kita. Yah, itulah kita. Menjadi generasi manja yang senantiasa mengeluh ketika wifi terputus atau internet meng-keong atau jaringan lenyap.
Itukah manusia?
Di manakah sifat manusia yang dikatakan sebagai “khalifah” yang akan menciptakan keadilan di bumi ini? Di manakah manusia-manusia yang berkomunikasi kepada sesama “manusia”? Di manakah kita yang seharusnya lebih bisa membaca buku-buku tebal bahkan bisa menulis buku yang lebih tebal daripada apa yang kita baca?
Bukankah kehidupan kita saat ini lebih mudah?
Bukankah kita sekarang ini lebih nyaman?
Bukankah kita cukup mengucap “Oke Google” atau “Siri…” dan mampu membuka sekian juta perpustakaan dunia?
Sudahkah kita memanfaatkan segala berkah dari Allah ini untuk memfokuskan tujuan kita ataukah malah untuk menghancurkan kemampuan fokus kita?
Fren, mungkin kamu bertanya, “Apa yang melandasi Muhammad Zaini menulis ini semua? Apakah dia sedang galau?” Tak jawab sobat, akupun terkena dampaknya. Aku masih ingat ketika aku masih SD, SMP, lalu SMA, aku masih bisa menulis cerita-cerita, kisah-kisah, hikayat-hikayat, bahkan hampir rampung menulis sebuah novel perdana. Apakah semua itu bisa kulakukan sekarang ini? Bukankah sarana saat ini lebih memudahkan? Ternyata tidak, kawan, semua teknologi ini malah membuatku lalai dan ternyata, imbas kemajuan ini juga mengenaiku, “kehilangan fokus”.
Aku pun berusaha supaya kemampuan itu kembali lagi. Aku yakin aku pasti bisa. Walaupun tak selihai dulu, aku coba kembali menguntai sepatah dua-patah kata, tak peduli walaupun konten lebih berisi racauan. Yang penting diriku bisa fokus kembali dan kemampuan-kemampuan “Gen X” bisa kudapatkan kembali.
Kalau kamu?

Download aplikasi android Muhammad Zaini DI SINI

2 komentar:

  1. sebuah kearifan lokal yang mulai luntur bro, nice

    BalasHapus
  2. Pilihan juga di tangan sendiri, Bro. Mau mengikuti perkembangan zaman, atau tertinggal. Pintar-pintar milih aja.

    BalasHapus